Perekonomian Masyarakat DI Yogyakarta
Pada tanggal 5 September 1945, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dengan Paku Alam VIII menyatakan Yogyakarta sebagai salah
satu provinsi di Indonesia. Ketika
proklamasi Indonesia, sebenarnya kerajaan-kerajaan yang berada di wilayah bekas
jajahan Belanda bisa melepaskan diri dari Indonesia. Tetapi Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan
Paku Alam VIII memberi dukungan kepada Indonesia. Mereka memberi pernyataan-pernyataan bahwa
mereka akan membuat Yogyakarta sebagai daerah istimewa dari NKRI dan mereka
akan memegang kekuasaannya di sana dengan berhubungan langsung ke Pemerintah
Pusat NKRI. Keistimewaan Yogyakarta
diterima baik oleh Indonesia. Kekuasaan
Sri Sultan Hamengku Buwono IX sekarang dipegang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono
X. dan sekarang, hubungan penduduk
dengan keraton juga sangat baik.
Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki
kedudukan yang sama dengan provinsi lain di Indonesia. Yogyakarta terletak di bagian tengah Pulau
Jawa, Indonesia. Tepatnya, berbatasan
dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas
3.185,80 km2. Dari catatan,
tahun 2012 penduduknya berjumlah 3.452.390 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk
sebesar 1.084 jiwa per km2..
Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan dan kebudayaan. Kota ini juga dikenal dengan tempat
wisatanya.
Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta
berasal dari pertanian, kerajinan, pariwisata, dan perdagangan. Perekonomian adalah segala kegiatan yang
berhubungan dengan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang
atau jasa. Jadi, perekonomian daerah
adalah segala kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi yang dilakukan
penduduk daerah tersebut untuk meningkatkan kualitas hidup penduduknya.
Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta 40%
bekerja sebagai petani atau berkebun, dan 40% nya lagi bekerja di bidang
perdagangan, servis, industri dan
lain-lain. Dalam perekonomian daerah,
ada yang dinamakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto). PDRB adalah jumlah produksi barang atau jasa
yang dihasilkan suatu daerah dalam periode tertentu. Di DI Yogyakarta PDRB bertambah dari tahun ke
tahun. Sementara, puncak PDRB terjadi
pada tahun 2011 dengan jumlah RP 5,8 triliun.
Salah satu tanaman yang dihasilkan dalam
jumlah banyak dalam sektor perkebunan atau pertanian DI Yogyakarta adalah
cengkeh. Data yang didapat sementara
untuk tahun 2010, DI Yogyakarta berhasil mem produksi cengkeh sebanyak 232
ton. Di Kabupaten Bantul sebesar 6 Ha lahan
perkebunan rakyat digunakan untuk menghasilkan cengkeh. Di Kabupaten Kulonprogo sebesar 2.702 Ha
lahan perkebunan rakyat digunakan. Dan
terakhir di Kabupaten Sleman sebesar 204 Ha lahan perkebunan rakyat digunakan.
Ada juga petani-petani lahan pasir di
Bantul (sekitar DI Yogyakarta) menanam bawang merah di bulan Januari 2012
ini. Menurut mereka, jika hasil panen
bawang merah bagus dan berkualitas di musim hujan, maka harga jual akan tinggi. Karena di daerah lain tidak ada yang menanam
bawang merah di musim hujan. Ketua
Kelompok Tani lahan pasir “Tangguh Rejeki” di Bantul memprediksi, harga
jual bawang merah di bulan Februari 2013 rata-rata bisa mencapai RP 10.000 per
kilogram. Produktivitas bawang merah
saat hujan rata-rata minimal 5 ton per hektare yang dapat memperoleh pendapatan
sebesar RP 5 juta. Jadi hasilnya
bergantung pada curah hujan. Karena jika
hujan terus menerus, tanaman akan berjamur, tetapi jika tidak makan hasilnya
bisa banyak.
Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta
menjadi sektor utama dalam perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta dan dapat
meningkatkan ekonomi lokal. Sektor
pariwisata di DI Yogyakarta juga membantu sektor perdagangan di DI Yogyakarta
karena bertambahnya wisatawan. Terdapat
wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara yang berkunjung ke DI
Yogyakarta. Tercatat tahun 2010 terdapat
wisatawan sebanyak 1.456.980 jiwa, yang terdiri dari 152.843 jiwa wisatawan
mancanegara dan 1.304.137 jiwa wisatawan nusantara. Pariwisata di DI Yogyakarta meliputi wisata
MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition), wisata budaya, wisata
alam, wisata minat khusus dan fasilitas wisata seperti hotel dan resort.
Contoh tempat wisata yang sering dikunjungi
adalah candi di DI Yogyakarta. Seperti
Candi Prambanan, Candi Mendut, Candi Borobudur dan masih banyak lagi. Terdapat
juga brbagai macam kuliner yang tersedia di DI Yogyakarta antara lain,
Angkringan Lik Man yang terkenal dengan kopinya, Pecel Baywatch, Warung YS Sido
Semi yang terkenal dengan hidangan es-nya, Gudeg dan lainnya. Kita juga bisa melihat pemandangan Gunung
Merapi secara dekat dengan mengunjungi Kaliadem. Pertunjukan seni di DI Yogyakarta juga sangat
terkenal seperti, pertunjukan Gamelan, Ramayana Ballet atau drama dengan tarian
khas Jawa, dan pertunjukan Wayang Kulit. Keraton atau tempat tinggal raja dan ratu
juga dapat dikunjungi. Didalam Keraton
terdapat Museum Hamengku Buwono IX. Desa
wisata juga banyak terdapat di DI Yogyakarta.
Penduduk dengan berbagai macam agama sering melaksanakan upacara agama
dan budaya. Didukung oleh kreativitas
seni-nya, sehingga membuat upacara unik dan menarik. Tercatat tahun 2010 terdaoat 91 desa wisata,
51 diantaranya layak dikunjungi. Terdapat 3 desa wisata di saerah Sleman hancur
akibat erupsi Gunung Merapi, sedang 14 lainnya rusak ringan.
Fasilitas wisata seperti hotel dan resort
juga sangat berperan penting dalam sektor pariwisata. Tercatat tahun 2010 terdapat 37 hotel
berbintang dan 1.011 hotel melati di DI Yogyakarta. Selain akomodasi, juga tersedia
transportasi. Transportasi yang unik dan
terkenal di DI Yogyakarta adalah Becak.
Wisatawan juga dapat memesan mobil atau transportasi lainnya untuk
berkeliling di DI Yogyakarta. Jadi
sangat mendukung sektor pariwisata dan juga perekonomian DI Yogyakarta.
Kepala Dinas Pariwisata DI Yogyakarta
Tazbir Abdullah juga sangat yakin, bahwa di tahun 2013 DI Yogyakarta masih enjadi
tempat tujuan wisata utama. Ia
menyatakan tanggal 31-Desember-2012 “Kami optimistis pada 2013 akan semakin banyak
wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara datang ke Daerah Istimewa
Yogyakarta. Potensi obyek wisata di DIY tidak akan pernah habis. Masih banyak
potensi obyek wisata menarik yang siap dikunjungi wisatawan pada tahun
depan" . Ia juga menyatakan
tersedianya 13.000 kamar di hotel-hotel tidak cukup untuk wisatawan saat libur
panjang. Menurutnya, hidup mati ekonomi
daerah DI Yogyakarta sangat bergantung pada sektor pariwisata.
Dalam sektor perdagangan dan perindustrian,
salah satu bentuknya adalah perindustrian dan perdagangan kerajinan DI
Yogyakarta. Contohnya, kerajinan di Bantul (sekitar DI Yogyakarta). Para
perajin di Bantul ditegaskan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Bantul agar tetap memproduksi kerajinan dengan cara tradisional. Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan
Koperasi Kabupaten Bantul menyatakan bahwa kelebihan kerajinan Bantul terletak
pada pengolahannya secara tradisional dengan keterampilan tangannya. Maka, dengan olahan secara tradisional dengan
nilai seni dan lekuk-lekuk desain-nya, hasilnya akan memiliki nilai jual yang
tinggi dibanding dengan produk yang diolah dengan mesin.
Bahkan menurut Kepala Dinas, saat terjadi
krisis global di negara-negara Amerika dan Eropa, produk kerajinan Bantul yang diekspor
masih bisa terbeli. Contoh-contoh
kerajinan yang diekspor bisa berupa Batik, kerajinan tangan, kerajinan kertas,
dan tekstil. Dalam catatan bulan Oktober
tahun 2012 nilai ekspor kerajinan Bantul mencapai sebesar RP 44 juta dolar
Amerika.
Di Sleman (di sekitar DI Yogyakarta), budi
daya perikanan menjadi unggul. Sleman
dapat menyumbang 90 ton per tahunnya untuk kebutuhan ikan di DI
Yogyakarta. Produksi ikan di sleman juga
semakin meningkat sehinnga menjadi sektor usaha utama di Sleman. Peningkatan produksi perikanan tersebut
terjadi akibat bertambahnya kolam, meningkatnya jumlah kelompok pembudidayaan
ikan, dan meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan pembudidayaan ikan.
Lalu di Bantul (di sekitar DI Yogyakarta),
juga terdapat pembudidayaan benih ikan.
Petani ikan bersemangat mebudidayakan ikan karena di bulan Desember 2012
kemrin mereka mudah mendapat air untuk mengairi kolam. Untuk mendukung kegiatan pembenihan, mereka
menggunakan terpal menjadi dasar kolam agar air lebih awet dibandingkan dengan
kolam tanah. Dinyatakan, bulan Desember
2012, terdapat 15.000 benih ikan yang berhasil dijual ke petani ikan.
Demikian yang dapat saya sampaikan tentang
hal-hal yang berkaitan dengan perekonomian masyarakat DI Yogyakarta.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTidak disebutkan apa saja kosumsi yang dibutuhkan dikota itu
BalasHapus