Rabu, 30 Januari 2013

Perekonomian DI Yogyakarta



Perekonomian Masyarakat DI Yogyakarta

Pada tanggal 5 September 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan Paku Alam VIII menyatakan Yogyakarta sebagai salah satu provinsi di Indonesia.  Ketika proklamasi Indonesia, sebenarnya kerajaan-kerajaan yang berada di wilayah bekas jajahan Belanda bisa melepaskan diri dari Indonesia.  Tetapi Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan Paku Alam VIII memberi dukungan kepada Indonesia.  Mereka memberi pernyataan-pernyataan bahwa mereka akan membuat Yogyakarta sebagai daerah istimewa dari NKRI dan mereka akan memegang kekuasaannya di sana dengan berhubungan langsung ke Pemerintah Pusat NKRI.  Keistimewaan Yogyakarta diterima baik oleh Indonesia.  Kekuasaan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sekarang dipegang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X.  dan sekarang, hubungan penduduk dengan keraton juga sangat baik.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kedudukan yang sama dengan provinsi lain di Indonesia.  Yogyakarta terletak di bagian tengah Pulau Jawa, Indonesia.  Tepatnya, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia.  Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas 3.185,80 km2.  Dari catatan, tahun 2012 penduduknya berjumlah 3.452.390 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per km2..  Yogyakarta dikenal sebagai kota pendidikan dan kebudayaan.  Kota ini juga dikenal dengan tempat wisatanya.

Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta berasal dari pertanian, kerajinan, pariwisata, dan perdagangan.  Perekonomian adalah segala kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi terhadap barang atau jasa.  Jadi, perekonomian daerah adalah segala kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi yang dilakukan penduduk daerah tersebut untuk meningkatkan kualitas hidup penduduknya.

Penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta 40% bekerja sebagai petani atau berkebun, dan 40% nya lagi bekerja di bidang perdagangan, servis, industri  dan lain-lain.  Dalam perekonomian daerah, ada yang dinamakan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).  PDRB adalah jumlah produksi barang atau jasa yang dihasilkan suatu daerah dalam periode tertentu.  Di DI Yogyakarta PDRB bertambah dari tahun ke tahun.  Sementara, puncak PDRB terjadi pada tahun 2011 dengan jumlah RP 5,8 triliun.

Salah satu tanaman yang dihasilkan dalam jumlah banyak dalam sektor perkebunan atau pertanian DI Yogyakarta adalah cengkeh.  Data yang didapat sementara untuk tahun 2010, DI Yogyakarta berhasil mem produksi cengkeh sebanyak 232 ton.  Di Kabupaten Bantul sebesar 6 Ha lahan perkebunan rakyat digunakan untuk menghasilkan cengkeh.  Di Kabupaten Kulonprogo sebesar 2.702 Ha lahan perkebunan rakyat digunakan.  Dan terakhir di Kabupaten Sleman sebesar 204 Ha lahan perkebunan rakyat digunakan.   

Ada juga petani-petani lahan pasir di Bantul (sekitar DI Yogyakarta) menanam bawang merah di bulan Januari 2012 ini.  Menurut mereka, jika hasil panen bawang merah bagus dan berkualitas di musim hujan, maka harga jual akan tinggi.  Karena di daerah lain tidak ada yang menanam bawang merah di musim hujan. Ketua  Kelompok Tani lahan pasir “Tangguh Rejeki” di Bantul memprediksi, harga jual bawang merah di bulan Februari 2013 rata-rata bisa mencapai RP 10.000 per kilogram.  Produktivitas bawang merah saat hujan rata-rata minimal 5 ton per hektare yang dapat memperoleh pendapatan sebesar RP 5 juta.  Jadi hasilnya bergantung pada curah hujan.  Karena jika hujan terus menerus, tanaman akan berjamur, tetapi jika tidak makan hasilnya bisa banyak.  

Pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi sektor utama dalam perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta dan dapat meningkatkan ekonomi lokal.  Sektor pariwisata di DI Yogyakarta juga membantu sektor perdagangan di DI Yogyakarta karena bertambahnya wisatawan.  Terdapat wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara yang berkunjung ke DI Yogyakarta.  Tercatat tahun 2010 terdapat wisatawan sebanyak 1.456.980 jiwa, yang terdiri dari 152.843 jiwa wisatawan mancanegara dan 1.304.137 jiwa wisatawan nusantara.  Pariwisata di DI Yogyakarta meliputi wisata MICE (Meeting, Incentive, Convention and Exhibition), wisata budaya, wisata alam, wisata minat khusus dan fasilitas wisata seperti hotel dan resort.    

Contoh tempat wisata yang sering dikunjungi adalah candi di DI Yogyakarta.  Seperti Candi Prambanan, Candi Mendut, Candi Borobudur dan masih banyak lagi. Terdapat juga brbagai macam kuliner yang tersedia di DI Yogyakarta antara lain, Angkringan Lik Man yang terkenal dengan kopinya, Pecel Baywatch, Warung YS Sido Semi yang terkenal dengan hidangan es-nya, Gudeg dan lainnya.  Kita juga bisa melihat pemandangan Gunung Merapi secara dekat dengan mengunjungi Kaliadem.  Pertunjukan seni di DI Yogyakarta juga sangat terkenal seperti, pertunjukan Gamelan, Ramayana Ballet atau drama dengan tarian khas Jawa,  dan pertunjukan Wayang Kulit.  Keraton atau tempat tinggal raja dan ratu juga dapat dikunjungi.  Didalam Keraton terdapat Museum Hamengku Buwono IX.  Desa wisata juga banyak terdapat di DI Yogyakarta.  Penduduk dengan berbagai macam agama sering melaksanakan upacara agama dan budaya.  Didukung oleh kreativitas seni-nya, sehingga membuat upacara unik dan menarik.  Tercatat tahun 2010 terdaoat 91 desa wisata, 51 diantaranya layak dikunjungi. Terdapat 3 desa wisata di saerah Sleman hancur akibat erupsi Gunung Merapi, sedang 14 lainnya rusak ringan.

Fasilitas wisata seperti hotel dan resort juga sangat berperan penting dalam sektor pariwisata.  Tercatat tahun 2010 terdapat 37 hotel berbintang dan 1.011 hotel melati di DI Yogyakarta.  Selain akomodasi, juga tersedia transportasi.  Transportasi yang unik dan terkenal di DI Yogyakarta adalah Becak.  Wisatawan juga dapat memesan mobil atau transportasi lainnya untuk berkeliling di DI Yogyakarta.  Jadi sangat mendukung sektor pariwisata dan juga perekonomian DI Yogyakarta.

Kepala Dinas Pariwisata DI Yogyakarta Tazbir Abdullah juga sangat yakin, bahwa di tahun 2013 DI Yogyakarta masih enjadi tempat tujuan wisata utama.  Ia menyatakan tanggal 31-Desember-2012 “Kami optimistis  pada  2013 akan semakin banyak wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara datang ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Potensi obyek wisata di DIY tidak akan pernah habis. Masih banyak potensi obyek wisata menarik yang siap dikunjungi wisatawan pada tahun depan" .  Ia juga menyatakan tersedianya 13.000 kamar di hotel-hotel tidak cukup untuk wisatawan saat libur panjang.  Menurutnya, hidup mati ekonomi daerah DI Yogyakarta sangat bergantung pada sektor pariwisata.

Dalam sektor perdagangan dan perindustrian, salah satu bentuknya adalah perindustrian dan perdagangan kerajinan DI Yogyakarta. Contohnya, kerajinan di Bantul (sekitar DI Yogyakarta). Para perajin di Bantul ditegaskan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul agar tetap memproduksi kerajinan dengan cara tradisional.  Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul menyatakan bahwa kelebihan kerajinan Bantul terletak pada pengolahannya secara tradisional dengan keterampilan tangannya.  Maka, dengan olahan secara tradisional dengan nilai seni dan lekuk-lekuk desain-nya, hasilnya akan memiliki nilai jual yang tinggi dibanding dengan produk yang diolah dengan mesin.

Bahkan menurut Kepala Dinas, saat terjadi krisis global di negara-negara Amerika dan Eropa, produk kerajinan Bantul yang diekspor masih bisa terbeli.  Contoh-contoh kerajinan yang diekspor bisa berupa Batik, kerajinan tangan, kerajinan kertas, dan tekstil.  Dalam catatan bulan Oktober tahun 2012 nilai ekspor kerajinan Bantul mencapai sebesar RP 44 juta dolar Amerika.

Di Sleman (di sekitar DI Yogyakarta), budi daya perikanan menjadi unggul.  Sleman dapat menyumbang 90 ton per tahunnya untuk kebutuhan ikan di DI Yogyakarta.  Produksi ikan di sleman juga semakin meningkat sehinnga menjadi sektor usaha utama di Sleman.  Peningkatan produksi perikanan tersebut terjadi akibat bertambahnya kolam, meningkatnya jumlah kelompok pembudidayaan ikan, dan  meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pembudidayaan ikan.

Lalu di Bantul (di sekitar DI Yogyakarta), juga terdapat pembudidayaan benih ikan.  Petani ikan bersemangat mebudidayakan ikan karena di bulan Desember 2012 kemrin mereka mudah mendapat air untuk mengairi kolam.  Untuk mendukung kegiatan pembenihan, mereka menggunakan terpal menjadi dasar kolam agar air lebih awet dibandingkan dengan kolam tanah.  Dinyatakan, bulan Desember 2012, terdapat 15.000 benih ikan yang berhasil dijual ke petani ikan.   

Demikian yang dapat saya sampaikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan perekonomian masyarakat DI Yogyakarta.
             

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Tidak disebutkan apa saja kosumsi yang dibutuhkan dikota itu

    BalasHapus